almahdi
Dan datanglah dari ujung kota, seorang laki-laki dengan bergegas-gegas ia berkata: “Hai kaumku, ikutilah utusan-utusan itu”. Ikutilah orang yang tiada minta Balasan kepadamu; dan mereka adalah orang-orang yang mendapat petunjuk. (QS 36:20-21)
Seperti halnya mentari yang tak pernah menagih imbalan kepada semua makhluk atas siraman cahayanya, oksigen, air, udara, tanah, dan semua unsur pembangun kehidupan, yang tak pernah juga meminta imbalan, maka ikutilah orang yang mengajarkan dengan petunjuk Ilmu Pengetahuan yang lurus, Shirathaal Mustaqiim, dengan bimbingan yang benar tanpa meminta imbalan.
Merekalah hamba-hambaNya yang sejati, merekalah al-Mahdi yang sesungguhnya. Dan mereka bisa jadi, Anda, anda , anda dan siapa saja yang menetapi jalan keikhlasan dengan yaqin, istiqomah, syabar, syukur, dan tentunya berkesadaran atas CintaNya bagi semua makhluk, Dia – Allah, Yang Maha Pengasih dan Maha Pengampun.
Apa arti sesungguhnya kata “al-mahdi“ yang sering diaku-aku oleh banyak manusia yang keliru memahami istilah dan nama tersebut?
Menurut Syekh Muhyidin Ibnu Arabi dalam kitab Futuhat al-Makkiyah bab 366 (referensi yang mengulas hal ini silahkan donlot ulasan karya James Morris mengenai hal ini di http://www.ibnarabisociety.org/articlespdf/sp_mahdi.pdf), yang banyak dijadikan bahasan para pemikir orientalis maupun tasawuf, kata Al-Mahdi tidak ada di dalam al-Qur’an sebagai suatu nama. Namun dalam bentuk asalnya adalah pasif partisipel dari kata kerja “hada” (artinya “memberi arah atau bimbingan yang benar , di jalan yang benar’). Secara harfiah al-Mahdi berarti “orang yang terbimbing dengan benar“. Dalam AQ, arah yang benar tidak lain adalah menuju dan sampai kepada Allah, bersama Allah, dengan daya dan upaya Allah, dan dengan Pertolongan serta Perlindungan Allah dengan Berserah Diri alias Islam. Tidak ada kehendak “aku sebagai makhluk berkekuatan“ di dalam proses perjalanan tersebut, yang ada adalah kehambaan mutlak dengan Islam.
Meskipun bentuk akar kata “hada” dijumpai di AQ hampir 330 kali, tapi bentuk kata “al-Mahdi“ tidak ada dalam al-Qur’an. Meskipun di beberapa hadits yang masih diperdebatkan al-Mahdi sering muncul sebagai sebuah “nama“ kehormatan atau gelar. Namun, makna dan artinya sesungguhnya menunjuk kepada makna biasa yang menjelaskan sosok yang spiritual yaitu yang “memperoleh bimbingan yang benar“, yang telah menerima secara aktif dan mencerap tataran isyarat Ilahiyah dalam kehidupan yang paripurna.
Bahkan dalam banyak hal penerima itu sendiri sebagi “al-Mahdi“ merepresentasikan Kehidupan dalam seluruh tatanan realitas karena cerapannya mewakili pengalaman Isra dan Mi’raj Muhammad SAW. Namun, tentu saja, aktualitasnya berdasarkan potensi-potensi dasarnya yang sesuai dengan ruang-waktunya, sunnatullahNya, dan tentunya berbeda dengan pengalaman Nabi Muhammad SAW di zamannya.
Dalam kenyatannya yang umum, yang dimaksud al-Mahdi adalah Umat Islam yang patuh pada perintah dan larangan Allah, serta mengikuti sunnatullrasul dengan taqwa. Jadi, apa yang disebut al-Mahdi secara umum sebenarnya adalah Umat Islam yang patuh pada perintah dan larangan-Nya sebagai Pewaris Pengetahuan Tauhid melalui washilah Nabi Muhammd SAW. Karena itu, adalah kemustahilan kalau al-Mahdi justru menyimpang dari ajaran Islam dimana Shalat merepresentasikan Namaz, Miraj, Iman, Islam dan Ihsan sebagai penyaksian dan aktualitas Jamal dan Jalal Allah dengan syahadat :
al mahdi
By TOP BLOGGER
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar